Selasa, 08 September 2009

”Berlibur sekaligus memberikan pembelajaran






tentang alam kepada anak-anak”

Biasanya saya mengajak anak-anak berlibur ke Yogyakarta dan Surabaya, untuk mengisi liburan sekolah, tetapi kali ini anak-anak merasa bosan diajak ke sana, karena kami melewatkan libur Natal dan Lebaranpun di kedua kota tersebut.

Salah seorang teman mengajak liburan bersama keluarga ke kampung halamannya di Tasikmalaya. Agenda wisata yang ditawarkan antara lain main lumpur di sawah dan memancing di desa Cibangkong, Panjalu, Galunggung, dan Kampung Naga. Bingung mencari tempat liburan bagi anak-anak, akhirnya kami menyambut tawaran tersebut. Tanggal 4-8 Juli 2008, saya bersama keluarga berlibur ke tempat yang sangat berbeda dari liburan kami sebelumnya. Biasanya kami berlibur ke Jawa Tengah dan Jawa Timur, sekarang ke Jawa Barat.




Tujuan liburan kami kali ini adalah memberikan suasana liburan yang berbeda untuk anak-anak.Suasana pedesaan yang sederhana sekaligus memberikan pembelajaran mengenai alam.

Tiga keluarga berangkat dari Jakarta jam 06.30 pagi menuju Tasikmalaya dengan ketua rombongan keluarga Pepih Nugraha (pengasuh Kompas.com). Jarak Jakarta-Tasikmalaya +/- 360 Km dapat ditempuh dalam waktu 4-5 jam tanpa istirahat.





Ketika berada di kota Tasikmalaya, jangan lewatkan untuk menikmati mie Laksana, walaupun harga semangkuk mie cukup mahal untuk ukuran daerah Tasikmalaya (Rp 25.000.-), tapi rasanya mak nyosssss....... Juara!!

Hari ke 2 kami wisata ke area persawahan dan pemancingan keluarga Nugraha di desa Cibangkong. Anak-anak bebas bermain lumpur di sawah yang baru dibongkar, berendam di sumber air panas alam yang berada di area persawahan, memancing serta menikmati makan siang dengan semilir angin pedesaan yang sangat sejuk. Anak-anak mendapat pengalaman untuk pertama kalinya dekat dengan alam pedesaan dan merasakannya secara langsung.

Tujuan wisata hari ke 3 ke Panjalu dan Gunung Galunggung. Panjalu adalah Tujuan wisata hari ke 3 ke Panjalu dan Gunung Galunggung. Panjalu adalah suatu daerah wisata yang berada di tengah-tengah danau. Untuk menuju daratan tersebut kami harus menyewa perahu seharga Rp 80.000.- (pulang-pergi). Anak-anak dapat membantu mendayung perahu menuju ke Panjalu. Ketika tiba di daratan kami mendaki bukit dan masuk ke dalam hutan kecil sambil menikmati pemandangan kelelawar / kalong beterbangan di pagi / siang hari. Selain menikmati sejuknya udara dan berjalan menyusuri hutan, di daratan ini juga terdapat makam salah seorang raja Panjalu pada masa lampau. Mitos setempat mengatakan:”jika anda datang ke Panjalu saat pacaran, maka hubungan anda tidak akan langgeng.”

Setelah dari Panjalu kami menuju ke kawasan wisata Galunggung, di tengah perjalanan, kami istirahat untuk makan siang di rumah makan Mergosari, Rajapolah. Kami memilih tempat di saung dengan pemandangan sawah yang dilalui rel kereta api dan memesan menu seafood, sayuran, kerupuk bawang dan ayam bakar serta minuman jus untuk 11 orang (6 dewasa dan 5 anak-anak). Makanannya sangat enak dan harganya cukup murah, Rp 182.000.- untuk semua makanan dan minuman yang kami pesan. Di Rajapolah ini pula kami dimanjakan dengan kerajinan khas

Tasikmalaya yang murah meriah, mulai dari peralatan makan, perlengkapan rumah tangga, tas, sandal sampai asesoris dari harga Rp 5.000.- hingga puluhan ribu rupiah.

Kami melanjutkan perjalanan menuju gunung Galunggung yang meletus dengan dahsyat pada tahun 1982. Untuk menuju ke puncak gunung kami harus mendaki 620 anak tangga, rasa lelah yang dirasakan sepanjang perjalanan menuju puncak gunung terbayarkan dengan pemandangan yang sangat indah ketika kami tiba di puncak.

Untuk menuju kawah Galunggung dan area camping harus menuruni anak tangga (entah berapa jumlahnya), dan di bawah sana juga terdapat masjid. Sedangkan untuk menghangatkan badan ketika di puncak gunung, kami dapat menikmati susu, kopi, teh dan mie instan panas yang dijual oleh penduduk setempat.

Masih di daerah Galunggung, kami manjakan anak-anak berenang di kolam sumber air panas yang mengandung belerang. Untuk berenang sepuasnya disini tidak dipungut bayaran tetapi untuk bilas dan berendam di kamar bilas dipungut bayaran Rp 3.000.-/dewasa dan Rp 1,500.-/anak.



Wisata hari ke 4 ke kampung Naga. Perjalanan dari Tasikmalaya ke kampung Naga kira-kira ditempuh dalam waktu 2-3 jam. Kampung Naga adalah sebuah kampung yang dilestarikan budayanya secara turun temurun dan terletak di kabupaten Garut. Kampung ini tidak memperbolehkan warganya menggunakan listrik, memasuki hutan terlarang apalagi memanfaatkan kayunya sebagai bahan bakar. Kecuali handphone dan televisi sebagai alat komunikasi dan itupun harus menggunakan aki. Apabila akinya habis harus diisi di luar kampung. Demikian pula dengan sekolah, anak-anak setiap hari harus naik tangga ke luar kampung untuk sekolah.

Untuk menuju ke kampung Naga yang teletak di cekungan / lembah, kami harus menuruni +/-320 anak tangga. Sepanjang perjalanan ke bawah kami menikmati pemandangan petak-petak sawah yang bertingkat-tingkat dan pepohonan dengan semilir angin yang sejuk. Ketika tiba di perkampungan yang tertata rapi, kami bagaikan berada di sebuah cluster real estate di Jakarta, karena semua rumah tampak seragam, dengan warna putih kapur (tidak diperbolehkan menggunakan cat) dan dibangun dengan model yang sama. Bahan bangunan rumah penduduk kampung Naga semuanya berasal dari alam yaitu batu kali, kayu dan atap ijuk kecuali jendela kaca. Oleh karena semua bahan bangunan diambil dari alam dan warga harus tetap melestarikan dan menjaga ekosistim di lingkungan mereka, maka jumlah rumah dibatasi hanya 112 unit saja, tidak boleh ditambah. Jika ada warga yang baru membina rumah tangga diharuskan mendirikan rumahnya di luar perkampungan.



Menurut keterangan pemandu wisata kami, mang Ndut (warga setempat), walaupun tidak ada publikasi resmi mengenai kampung Naga, seperti buklet atau brosur promosi (karena memang tidak boleh dikomersialkan), kampung ini banyak dikunjungi wisatawan lokal dan mancanegara. Berdasarkan buku tamu, wisatawan mancanegara yang berkunjung ke kampung ini berasal dari Australia, New Zealand, Brazil, Jepang, Perancis, United Kingdom, Amerika, Jerman, Belanda dll serta siswa sekolah asing dan lokal. Selain belajar mengenai kesederhanaan kampung ini, anak-anak juga dapat bermain air di sungai dangkal dengan airnya yang jernih yang tidak dapat ditemukan di Jakarta.

Setelah puas bermain di kampung Naga kami menuju Danau Dariza Resort sebagai tujuan akhir perjalanan wisata kami. Resort ini sangat cocok untuk tempat menginap keluarga, karena konsepnya rumah panggung yang dikelilingi danau buatan. Sehingga anak-anak puas bermain sepeda air dan mendayung sampan. Selain itu terdapat fasilitas kolam renang air panas / dingin dan kolam pancing.

Hari ke 5, sebelum pulang menuju Jakarta, kami singgah makan siang di restoran Cibiuk (tidak jauh dari resort Danau Dariza) dan membeli oleh-oleh khas Garut. Dalam perjalanan ke Jakarta kami berpisah di tol Kopo, karena keluarga Nugraha akan singgah di Bandung dan keluarga Syamsir singgah di Sukabumi sedangkan kami langsung menuju Jakarta.



Sungguh liburan yang sangat mengesankan bagi kami dan anak-anak. Pengalaman pertama bagi anak-anak berlibur bersama teman-teman mainnya di alam pedesaan, penyaluran hobi fotografi dan memancing bagi suami serta penyaluran hobi traveling dan belanja barang-barang unik khas daerah setempat bagi saya.

Kami ingin mengagendakan liburan bersama lagi karena lebih seru dan berkesan.

Maubaca Artikel yg lain



0 komentar:

Posting Komentar

JENDELA © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute